http://www.webdirectory.com/Science/Agriculture/ Dialektika Pertanian Lahan Kering: Petani cukup memahami bahwa kebutuhan pangannya dapat dipenuhi dengan melakukan strategi pemasaran yang baik, tanpa harus menyimpan komoditi pangan nya untuk satu musim tanam. Tetapi mengapa hal tersebut tidak dilakukan?

Petani cukup memahami bahwa kebutuhan pangannya dapat dipenuhi dengan melakukan strategi pemasaran yang baik, tanpa harus menyimpan komoditi pangan nya untuk satu musim tanam. Tetapi mengapa hal tersebut tidak dilakukan?

Bookmark and Share

Fred L. Benu

Perlu disadari bahwa hampir sebagian besar petani lahan kering adalah petani subsisten.  Pada semua tipe dan tingkatan perkembangan masyarakat, termasuk masyarakat tani yang subsisten, maka orientasi keamanan pangan menjadi prioritas dibanding orientasi ekonomi uang.  Oleh karena itu petani lahan kering lebih memilih untuk menyimpan cadangan pangannya dengan cara paling aman menurut nya untuk memenuhi kebutuhan pangan diri dan keluarga nya selama satu tahun (satu musim tanam).  Dihadapkan dengan kenyataan keterbatasan akses modal, keterbatasan akses asuransi, keterbatasan akses pasar, dsb., maka para petani jelas tidak berani mengambil risiko untuk menjuang cadangan pangannya sekalipun dengan opsi harga yang sangat tinggi.  Terlalu mahal harga keamanan pangan selama satu tahun dibandingkan dengan jumlah uang yang ditawarkan. Jadi kalaupun para petani lahan kering harus menjual komoditi pangannya untuk tujuan memperoleh cash money bagi pemenuhan kebutuhan hidup lainnya, maka harus ada kompensasi keamanan pangan bagi dirinya beserta kleluarga.Para petani lahan kering lebih memilih untuk menjual komoditi lain selain komoditi pangan guna memperoleh cash money, dibanding harus menjual stok pangan nya.
Demikianlah teori ekonomi modern memandang tentang kecilnya risiko yang diambil berbanding lurus dengan manfaat ekonomi yang akan diperoleh. Yang jelas petani tidak melakukan kalkulasi dengan dasar rasionalisasi ekonomi modern jika itu menyangkut hidup-mati diri dan keluarganya. Tapi perilaku savety first para petani lahan kering, tidak bisa diukur dengan dasar rasionalisasi ekonomi, karena hal ini terkait erat dengan nilai budaya yang menjadi orientasi para petani lahan kering.  Secara kultur, tabu hukumnya bagi kebanyakan para petani lahan kering untuk menjual komoditi pangan pokokny.  Apalagi risiko menjual komoditi pangan pokoknya harus dihadapkan dengan kerawanan pangan bagi diri dan keluarga selama satu musim.  Biaya  sosial nya terlalu mahal untuk ditanggung oleh seorang petani lahan kering. Kejadian seperti ini merupakan suatu situasi  disorientasi kultural yang harus  dicegah oleh kebanyakan masyarakat tani lahan kering.

Tidak ada komentar:

Cari Informasi